TEGAR
Seketika
mobil angkutan yang taikki berhenti tepat didepan gang menuju rumahku, segera
aku turun dan berlari menuju rumah sambil menghusap air mata. Sesampai didepan
pintupun aku tak menyapa Ibu yang sedang menyapu didepan teras, langsung ku
bergegas menuju kamar, dan mendobrak keras pintu kamarku, sambil terlentang
diatas kasur dan membiarkan tas langsung tergelatak sambil ku ambil surat
pemberian dari Prima
Maafkan
aku Prilly sayang, aku rasa cukup sampai disini hubungan kita. Aku sudah merasa
tiada kecocokan lagi diantara kita, mulai sekarang kita putus ya!
Suara tangisanku semakin menjadi-jadi, bantal yang
kini menjadi teman setiaku sudah basah oleh semua air mataku “Selama ini kita
kurang cocok apalagi sih Ma, bukannya selama ini kita baik-baik aja. Tega lo Ma
tega !” Aku berniat untuk mengambil bingkai foto aku dengan Prima diatas
tumpukkan buku-bukuku “Selama 1 tahun ini Ma, ini yang lo kasih buat gue! Ini
Ma iya?” seakan aku berbicara kepada sebuah foto yang tak bisa berbicara
apa-apa, lalu kupecahkan bingkai itu hingga serpihan kaca memenuhi sudut
ruangan kamarku.
***
Satu,
dua hari bahkan tiga hari Prima sudah menggandeng cewek lain, temen sekelasku
sendiri namanya Tya. “Pril, Pril, Pril lo tau nggak, Prima udah punya cewek loh
sekarang!” Kata Livia sahabat karibku. ‘Ternyata ini alesan lo buat mutusin
gue’ batinku seiring jatuhnya air mataku. “Yee.. Elo kenapa nangis? Ya udah si,
cowok kaya dia itu nggak pantes lo tangisin Pril” “Gue Cuma nggak nyangka aja
sama dia” Ujarku “Pril, lo nggak usah sedih ya, mendingan lo cari suasana baru,
biar lo bisa lupain Prima. Ya misal lo bisa latihan tarik suara, atau apa yang
bisa ngebuat lo fun, ingat ya Pril jangan korbankan masa depan lo yang tak
memilikki kepastian” Tegasnya “Thanks ya Liv, mungkin mulai sekarang gue harus
relain Prima dan mulai ngelupain dia, tapi gue sayang sama dia Liv” dengan nada
lembut
Saat
pelajaran Biology, anak-anak diperintah untuk mengamati tumbuh-tumbuhan di
Green house. Saat itu juga kepala Livia pusing, akhirnya aku menghantarkan dia
ke Usaha Kesehatan Sekolah, “Pril, gue nggak papa kok disini sendirian,
mendingan lo kembali aja, kan pengambilan nilai harian” Kata Livia sambil
memegang kepala dengan tangan kirinya “beneran lo nggak papa? Ya udah, ntar
istirahat gue kesini bawain makanan buat lo kok” Segera keluar ruangan.
Krrriingg….
Jam belajar usai “Bu maaf, kok bel 3 kali ya” Tanya Prilly kepada bu Anita guru
biology saat anak-anak sudah kembali keKelas “Iya nak, sekarang murid
dipulangkan, karena ada rapat guru yang tidak bisa ditinggalkan” Jawab bu Anita
“Yee.. Akhirnya bisa pulang cepet juga, hehe” ucapku. ‘Berarti Livia bisa
istirahat tanpa harus kehilangan pelajaran banyak, mendingan beli makanan dulu
deh’ Seru ku sambil berjalan ke Kantin
Setiba
depan pintu diruangan UKS, aku melihat disana ada Livia sama pria yang tidak
kukenal, mereka seperti asyik sedang bercanda dan terlihat diraut wajah Livia
tiada rasa sedih dan terlihat rasa sakit sedikitpun. Siapa sosok seorang
laki-laki yang terlihat dari belakang itu ? Siapa? Hingga membuat Livia berasa
nyaman dengannya. Saat ku memasukki ruangan, lelaki memakai topi itu memalingkan
badannya dihadapan Livia. Aku terkejut, ‘Apah?’ ‘nggak, ini semua nggak mungkin
terjadi’ ‘Ada apa dengan semua ini?’ pertanyaan ini membuat otakku berputar,
membuat darah muda ku beku. ‘PRIMA?? Ya Prima!’ “Apa sih mau lo Ma? Sejak kapan
lo disini? Lo nggak tau Livia itu sahabat gue sendiri !” Bentakku pada Prima
dengan mata berkaca-kaca dihadapannya, Prima langsung berdiri tanpa mengalihkan
pandangannya padaku. “Lo juga Liv, sahabat macam apa lo ini?” Bentakku pula
pada Livia, Hingga aku bergegas segera pergi dari ruangan itu dengan rasa
kecewa.
“Prilly tunggu!” Teriak Livia, Prilly sudah tak
memperdulikan lagi apa yang ia dengar dari telinganya.
***
Diatas kertas putih ini, ingin
kutuliskan kebahagiaan ku saat melihat senyum manismu, dengan tinta merah ini
bukan karna kau terlihat membosankan, tapi aku melihat ada bintang dihatimu
“surat dari siapa? Minggu ini ada yang mengirimi ku
surat? Tanpa nama” ucapku saat membuka pintu rumah
Ketika
aku kembali ke Kamar, terdengar suara ketukan pintu dari adikku Prisa “Kak,
makan yu. Mama dari tadi udah nungguin tuh” “enggak! Kaka udah kenyang (iya
kenyang ngeliat Livia sama Prima berdua kemaren) udah sana makan” kataku
sedikit kesal. Aku teringat lagi suasana diruangan kemarin, saat Livia menatap
Prima penuh harapan. Air mata kini menjatuh di pipiku lagi “kenapa lo tega sih
Liv, lo kan tau gue sayang banget sama Prima” tangisku terisak-isak.
Seperti
biasa senin pagi ini aku berangkat sekolah, ketika membuka pintu rumah
lagi-lagi aku menerima secarik kertas putih
Jangan
menangis dan sedih lagi ya bintangku, karna kamu itu lebih cantik dengan senyum
manismu. Mungkin tangismu bukan karna kau lemah, tapi karna kau tabah dan
selalu tegar.
‘Ini orang bikin gue nge-fly aja pagi-pagi, siapa
sih orang ini sebenarnya’ ucapku dengan penuh penasaran.
***
Aku
berjalan melewati Parkiran motor, disana lagi-lagi Prima sama cewek. ‘Bener
dugaan gue, ternyata Livia sahabat gue sendiri suka beneran sama Prima, apa
mereka udah jadian ya.. apa gue musti ngucapin? Livia biarpun begitu tetap
sahabat terbaik gue. Sudahlah, langsung aja ke Kelas' dengan muka datar
“Pagi
anak-anak, Ibu membawa murid baru hari ini. Masuk nak” sapa bu Wiwik guru Ips
Seorang laki-laki tinggi, putih, manis, rambutnya
terlihat klimis rapih berjalan didepan Kelas “waah ganteng banget iya, ganteng
banget, keren. Prima aja kalah sama dia” terdengar salah seorang murid
berbicara seperti itu “Eh.. nggak ada yang nandingin Prima ya disekolahan ini,
inget itu!” ujar Livia berteriak. Aku mengkerutkan dahiku dan bersandar dikursi
seusai melihat tingkah Livia, tanpa kusadari teman depanku memperhatikanku yang
aneh aku hanya senyum “Hai guys, perkenalkan namaku Rendy Ahmad Fadilah kalian
bisa memanggilku Endy atau sesuka kalian” ujarnya didepan kelas
“baik Nak, sekarang kamu duduk disebelahnya Prilly”
perintah bu Wiwik sambil menunjuk meja yang ku duduki. Anak-anak terlihat iri
melihat aku duduk bersampingan dengan Rendy, memang semenjak Livia jadian
dengan Prima ia tak mau duduk sebangku denganku lagi. Kini waktu pelajaran habis
hanya untuk basa-basi murid baru ini.
Ketika
keluar kelas aku membawa buku paket banyak, karna kenaikkan kelas nanti tidak
boleh satupun buku hilang. Saat aku focus menghitung buku-buku yang ku bawa
sambil berjalan, tiba-tiba Rendy bersama anak cewek sedang di rayu menabrakku,
BRRUKK buku yang sudah tertata rapih kini berantakkan dibawah, tanpa sengaja
aku membereskan buku itu dan jari jemari Rendy menyentuh tanganku DEG
perasaanku nggak karuan, “elo kalo jalan pake kaki dong, mata dipake buat
ngeliat ! Jangan sok keren lo jadi anak baru, gaya banget sih” bentakku pada
Rendy “Eh elonya aja jalan nggak liat-liat, ketauan bawa tumpukkan buku banyak”
Cindy membela Rendy . “Maaf, waktu saya sia-sia menghadapi orang-orang seperti
anda, anda,( dan terakhir menunjuk Rendy) dan anda!” disana diperhatikan oleh Livia
dan Prima yang sedang berdua
***
“Mama…
Prilly pulang” teriakku depan gerbang, ku buka gerbang dan melihat kertas putih
Matahari
itu adil ya, selain membuat mu tersenyum membuat ku tersenyum pula bintangku.
‘Gue nggak bisa diemin ini semua, CCTV? ya CCTV ? Harus
gue pasang disekitar sini’
Aku masuk kerumah dan sore itu aku melihat ada yang
bergerak dari arah computer yang kupasangi CCTV, ‘siapa tu cowok, gue harus
keluar’
“TUNGGU!” aku memberhentikan langkah kaki cowok itu
dengan menarik tangannya
“siapa si lo sebenernya?” “Prima??” “jadi cowok yang
selama ini mengirim surat buat gue itu elo ! Mau apa lagi sih lo Ma?” Prima
berlari kencang “woii tunggu!” aku berlari mengejarnya namun tak kuat tenagaku
***
Saat
memasuki kelas, aku melihat tas Rendy yang terbuka sempat ku meliriknya, setelah
kudekati lagi “itu kan amplop yang sama persis selama ini dikirim surat buat
gue? Tapi kemarin yang datang Prima, amplop ini kan bikinan, masa iya bisa sama
persis antara Rendy dengan Prima ?” sambil ku pegang amplop itu, emang suasana
kelas itu sepi, Rendy pun datang. “Ngapain lo nggak duduk?” Tanya Rendy padaku
“Jawab sekarang lo jujur sama gue, Ini apa?” sambil ku perlihatkan amplop itu
didepan mukanya. “kok lo ngambil barang ditas gue seenak jidat lo ajah sih, ini
tas siapa?” sahut Rendy marah “Lo tinggal jawab susah banget sih” “Eh, lo itu
nggak sopan” sambil berusaha mengambil amplop dari tangan ku “Oh.. Ternyata
elo, yang selama ini udah sok-sok an nge-support gue, pake ngirim-ngirim surat
segala lagi” jelasku panjang lebar “Nggak usah ikut campur lo, gue pikir
kemarin lo itu cewek baik-baik, ternyata salah ya gue nilai lo” Ujarnya
“jelaslah, surat itu ditujukan untuk gue, dan selama ngirim itu nggak pernah
ada namanya. Gue ingetin lagi deh sama lo, nggak usah ngirim-ngirim surat nggak
jelas ! ngerti?” ucapku panjang lebar
“Gue
bingung, kemarin Prima yang datang kerumah. Tapi, amplop yang sama itu ada
ditangan Rendy” aku bicara sendiri diTaman setelah pulang sekolah
“weii.. Bengong aja lu, pulang yu” Ucap Tya
mengejutkan “Tya?? Sejak kapan lo disini?” ‘heran deh sama Tya, dia kan nggak
pernah suka sama gue kenapa dia sekarang nyapa gue’ batinku
***
Tengah
perjalanan saat aku berhenti dengan Tya berniat untuk makan dipedagang kaki
lima, sebuah mobil berhenti didepan ku dengan Tya. Lagi-lagi Rendy muncul
dihadapanku, lelaki yang kubenci sekaligus yang ku suka. “Gue punya kabar baik
buat lo” tiba-tiba Rendy datang menyapa ku, Tya terlihat membenarkan rambutnya
dan tersenyum manis ketika Rendy datang. “ayo masuk” ajak Rendy padaku Tya pun
segera bergegas ikut masuk kemobil, Rendy membuka kan pintu depan untukku saat
aku dan Tya masuk pintu belakang. “Nggak, gue dibelakang aja” ucapku
***
Diperjalanan
aku bertanya-tanya mau dibawa aku, namun Rendy tak menghiraukan. “Nah nyampe
sekarang kita, masuk yu” Rendy menarik tanganku “ngapain kita kestudio” tanyaku
tapi tak digubris sama sekali padanya. Setelah masuk studio, “Ini om, perempuan
yang aku ceritakan sama Om, gimana Om? Canti kan ?” Kata Rendy pada lelaki yang
sudah beranjak tua itu, “Lo ngapain, lo mau ngejual gue gitu? Lo emang benci
sama gue, jangan kaya gini caranya!” Emosiku memuncak . Namun jari telunjuk
Rendy sudah menempel dibibirku seakan berkata “Sstt.. Jangan bicara apa-apa
dulu ya” Rendy menenangkan aku. “Siapa nama kamu?” Tanya Om om itu padaku, “Namaku
Prilly” singkatku “Prilly udah siap jadi model?” Tanya Om itu lagi padaku,
“Hah? Apah?” kejutku, “Mau dong Endy gue jadi model” Pinta Tya iri. “Gini lho
Prilly, Endy itu udah cerita banyak tentang kamu, kebetulan Om juga lagi butuh
model buat iklan produk shampo terbaru” jelas Om itu “Oh iya nama Om Iman, kamu
bisa panggil om Iman juga boleh” sambil memperkenalkan diri “gimana nih Ya, gue
bingung” tanyaku pada Tya sambil mengarahkan kedua bola mataku padanya “Udah
terima ajah, kesempatan itu nggak datang dua kali lho!” “Iya Om, Prilly mau”
memang kata orang rambutku ini bagus, hitam panjang berkilau emang tidak salah
Rendy memilihku.
Sejak
saat itu, aku dan Rendy jadi model iklan terbaik. Majalah-majalah pun tak ingin
terlewatkan menjadikan fotoku dan Rendy sebagai cover majalah, bahkan majalah
itupun laku habis diborong orang yang ingin tau rambut indah sepertiku, banyak
masyarakat yang suka sama gaya foto kami berdua.
***
Masuk
sekolah seperti biasa, tapi kali ini aku berangkat bersama Rendy, ketika masuk
Kelas disana sudah ada fans-fans Rendy dan anak-anak yang menyapa kita berdua
“Ini dia bintang kelas kita, artis ternama cuy” sapa Ketua kelas “Haha.. jadi
iklan apa lo berdua ? Iklan obat panu?” ejek Rino bercanda “bukan, iklan obat
Kudis tau” ledek Andre “Eh, kalian apaan sih. Daripada kalian nggak bisa bawa
apa-apa disekolaan kita” Ujar Dinda menenangkan “Lah kita mah bawa sepatu
kesekolaan” “hahaha” mereka tertawa mentertawai lelucon itu, aku dan Rendy
hanya diam dan segera duduk .
Saat
istirahat tiba, Rendy dikejar-kejar cewek-cewek. Hingga posisi ku didekatnya
tergeserkan “Endy..Endy minta tanda tangannya dong!” pinta salah seorang
perempuan . aku hanya bisa melihat Rendy ‘kenapa gue cemburu ya, gue kan nggak
ada apa-apa sama dia, baik sih. Tapi, sudahlah. Biarin aja Rendy begitu’
batinku semakin kesal. Aku berjalan ke Kantin sendirian, “Hey girl” sapa Livia
padaku . “hay Liv” sapaku kembali “Selamat ya, udah jadi artis, dan membawa
nama baik sekolah, loh ko sedih sih?” tanyanya “iya makasih ya, sama aja gue
jadi model atau enggak, juga anak-anak sekolah nggak ada yang suka sama gue,
tetep aja cewek-cewek yang diincer Rendy” “umm.. jangan galau gitu dong, nih
buktinya gue jadi fans lo, ya udah gue minta tanda tangan lu ditas gue ya. Lo jealous ya sama
cewek-cewek itu?” “Udah ah ga usah dibahas, udah bel masuk yu”
Krringggg…
Bel berbunyi tanda jam pelajaran telah usai, kali ini aku tak berniat untuk
bareng sama Rendy, biarkan dia dengan yang lain.
***
‘kayanya
emang bener deh, surat itu Rendy yang ngirim. Mana mungkin Prima peduli sama
gue, bahkan sekarang putus sama Livia juga udah nggak ada kabar, tapi gue
kangen surat itu, bahkan sekarang Rendy udah begitu. Tuhan… Apa yang harus aku
lakukan?” aku berniat keluar rumah bersama Prisa menghirup udara segar malam
ini. Saat aku keluar didepan pintu ada surat yang kuharapkan, kini datang
kembali segera aku buka dan aku baca
Hai
bidadariku, malam ini aku menunggu kau diTaman deket complex ya..
‘Hah, Rendy manggil gue
bidadari, biasanya juga Bintangku’ “De, lo ga usah ikut ya” pinta ku pada Prisa
.
***
Langsung aku berlari menuju yang dituliskan pada
surat. Namun, dari arah jauh laki-laki itu tidak mirip sama sekali dengan Rendy
. Langsung aku peluk dia dari belakang, “Gue udah tau kok, lo mau ngomong apa
Ree..” tiba-tiba laki-laki memutar badan dan ternyata ‘OH MY GOD!’ ‘laki-laki
ini hadir lagi, malu banget udah meluk dia’ “Hei, kaget ya?” sapa nya padaku
“Mau ngapain lagi sih lo, setelah kabur dari gue P-R-I-M-A?” “Maafin gue ya
Pril, selama ini gue udah nyakitin lo ngeduain lo. Hianatin perasaan lo, yang
berkorban buat gue, gue nyesel Pril. “Gue mau kita balikkan lagi kaya dulu”
pintanya padaku. ‘Dulu emang gue sayang banget sma elo Ma, bahkan lo deket sama
cewek lain aja gue nggak rela’ batinku
“Udah? Itu lo sadar,
kenapa masih aja lo lakuin? Mendingan lo benerin dulu sikap lo sama orang lain.
Baru lo ngomong ini sama gue, lagian semenjak lo jadian sama Livia juga gue
udah ngeikhlasin lo, karna gue yakin Livia bisa ngerubah lo dan buat lo bahagia
. Lo nggak tau aja, perasaan gue saat itu lo jadian sama Livia sahabat gue
sendiri Ma, gara-gara lo juga gue jauh sama dia. Elo itu emang kejam ya, kejam
banget malah” Ujarku panjang lebar sambil menangis . Aku berusaha menjauhi dan
berlari sekencangnya menjauhi Prima, ‘tapi kenapa rasanya gue jatuh cinta lagi
sama dia setelah meluk dia tadi, gue
kangen sama dia sebenernya’ tangis ku semakin menjadi-jadi, ‘apa gue terima
dia? Tapi Rendy? Bagaimana dengannya? Ah belum tentu ia suka sama gue, buktinya
kemarin cewek-cewek deket sama dia aja dia nggak menghindar’ Tiba saat aku
berhenti berlari suara tabrakan dari arah sebrang dan PRIMAAA……. Langsung ku
susul Prima dengan tubuh tergulai lemas diJalan dan penuh darah,
“Enggaakkkkkk …… Prima,
gue mau jadi cewek lo lagi. Gue mau Ma, kenapa lo malah begini?” sambil kupangku
kepalanya diatas pangkuanku
“Pril, gue cinta sama
lo. Maafin gue yang udah nyakitin lo , lo tetap tegar ya meskipun gue udah
nggak bisa ngeliat lo lagi nanti, Gue sayang ko sama lo maaf banget ya Pril.
I-L O V E Y-O-U Pri..”
“Enggaaak… Lo nggak boleh
pergi Prima” saat itu juga Prima menghembuskan nafas terakhirnya dihadapan ku
dengan muka pucat dan tak berdaya .
***
Pagi ini jenazah Prima dimakamkan dan dihadiri
teman-temannya sekelas dan beberapa temanku seperti Tya, Livia dan Rendy yang
dari semalam menemani aku begadang meratapi ini semua. Aku hanya bisa menangis,
ketika orang-orang sudah pulang termasuk orangtua Prima, tersisa aku dan Rendy
teman setiaku saat ini. Ku peluk batu nisan itu
“Pulang yu Pril, hari
semakin sore nih”
“Lo kalo mau pulang,
pulang gih, gue mau nemenin Prima disini”
“Pril, percuma lo
nunggu Prima kaya gini. Dia malah sedih kalo lo terus-terusan nangisin dia dan
berharap dia kembali”
“Tapi gue cinta sama
dia, gue sayang sama dia. Guee…” bibirku tak sanggup bicara lagi, Rendy pun
memelukku dan tetap berusaha mengajakku pulang
***
Sudah seminggu yang lalu Prima pergi
meninggalkanku, dan seminggu yang lalu pula aku sudah tidak masuk sekolah,
karna masih terfikir oleh Prima. Saat di Kantin aku ditemani Livia dan Tya,
mereka berduka cita walau bagaimanapun mereka pernah dihatinya Prima. Aku
berusaha melupakan Prima dengan bercanda kepada mereka, tiba-tiba Rendy datang
dan menghiburku setelah 10 menit bercanda terdengar Rendy berucap “Gue mau kok
jadi penggantinya Prima dihati lo, dan mengisi luka hati lo yang kosong, bintang hatiku” DEG aku terkejut Rendy
berkata seperti itu, langsung aku berdiri “Gila lo ya Ren, baru seminggu gue
ditinggal sama Prima, lo udah berani bilang kaya gitu! Bisa ngehargain perasaan
orang dikit nggak lo?” aku pun pergi meninggalkan mereka bertiga.
Duduk menyendiri kini sudah tidak asing bagiku,
Livia datang menemui ku.
“Prilly, lo pernah
bilang sama gue. Kalo ternyata lo juga suka sama Endy, kenapa tadi lo tolak
dia?” Tanya Livia padaku
“Bisa nggak sih, lo nggak
usah ngebahas Rendy lagi?” Aku menghindar
“Tunggu! Mau kemana
lagi lo? Bukannya lo sendiri yang bilang, lo bakalan tetap tegar meskipun udah
nggak ada Prima, dan Prima juga pesen. Lo tetep harus tegar meskipun dia udah
nggak disamping lo lagi kan?” Tegasnya berusaha menyadarkanku
“Bener, kalo gue suka
sama Prima gue harus ngejaga pesan itu. Thanks ya lo udah nyadarin gue” sambil
berlari
“mau kemana lo?”
“mau nemuin Rendy”
***
Saat pulang sekolah, tiba dirumah Rendy pun udah
ada dirumahku “Rendy?” kejut ku “apa-apaan nih?” disana aku melihat Rendy
dengan perempuan lain. “Hai Prilly, selamat datang” sapa Rendy. “lah cewek disamping lo siapa?” “Taraaaa”
“hah.. Prissa? Jangan rebut calon pacar gue lu” aku mencubit perut adikku .
“Pril, maafin sikap gue
tadi ya udah lancang, gue janji kok ga bakalan ganggu lo lagi?” ujarnya padaku
“Emang siapa yang bilang lo nggak boleh ganggu gue lagi?” Tanya ku “buktinya
tadi disekolahan lo marah” aku memegang kedua tangan Rendy “Ren, biarpun lo mau
ngegantiin posisi Prima, tapi dari awal lo juga udah ada kok dihati gue. Udah
ada tempat sendiri buat lo” “Jadi jawaban tadi disekolahan?” Tanya nya lagi “Iya
gue mau kok” (senyum) “lo bener-bener cewek tegar yang menghadapi semua masalah
dengan tenang, Bintangku, tetep tersenyum
seperti matahari ya” “itukan kata-kata pertama kali lo ngasih surat buat
gue” sambil kutepuk bahunya “ciyee masih inget aja” Rendy menatap bola mata
Prilly seakan tak ingin dialihkan pandangannya.
…SELESAI…
Aku adalah seorang pelajar berumur 16 tahun yang memulai aktifitasku menulis sejak kelas dua SMP. untuk tahu siapa aku klik FB : https://www.facebook.com/tharye.privers dan Twitter:https://twitter.com/tarilestariwd bagi yang punya Soundcloud juga boleh di follow https://soundcloud.com/tarilestariwd Terima kasih atas perhatiannya :) hope you enjoy it, See you next time with my shortstory . bye bye :*
http://www.ray-id.com/search/label/Cerpen jika kamu tertarik untuk mengirimkan cerpen kamu disini...
BalasHapus