Senin, 17 Maret 2014

Cerita Pendek Tegar (All about love)

TEGAR

            Seketika mobil angkutan yang taikki berhenti tepat didepan gang menuju rumahku, segera aku turun dan berlari menuju rumah sambil menghusap air mata. Sesampai didepan pintupun aku tak menyapa Ibu yang sedang menyapu didepan teras, langsung ku bergegas menuju kamar, dan mendobrak keras pintu kamarku, sambil terlentang diatas kasur dan membiarkan tas langsung tergelatak sambil ku ambil surat pemberian dari Prima
Maafkan aku Prilly sayang, aku rasa cukup sampai disini hubungan kita. Aku sudah merasa tiada kecocokan lagi diantara kita, mulai sekarang kita putus ya!
Suara tangisanku semakin menjadi-jadi, bantal yang kini menjadi teman setiaku sudah basah oleh semua air mataku “Selama ini kita kurang cocok apalagi sih Ma, bukannya selama ini kita baik-baik aja. Tega lo Ma tega !” Aku berniat untuk mengambil bingkai foto aku dengan Prima diatas tumpukkan buku-bukuku “Selama 1 tahun ini Ma, ini yang lo kasih buat gue! Ini Ma iya?” seakan aku berbicara kepada sebuah foto yang tak bisa berbicara apa-apa, lalu kupecahkan bingkai itu hingga serpihan kaca memenuhi sudut ruangan kamarku.
***
            Satu, dua hari bahkan tiga hari Prima sudah menggandeng cewek lain, temen sekelasku sendiri namanya Tya. “Pril, Pril, Pril lo tau nggak, Prima udah punya cewek loh sekarang!” Kata Livia sahabat karibku. ‘Ternyata ini alesan lo buat mutusin gue’ batinku seiring jatuhnya air mataku. “Yee.. Elo kenapa nangis? Ya udah si, cowok kaya dia itu nggak pantes lo tangisin Pril” “Gue Cuma nggak nyangka aja sama dia” Ujarku “Pril, lo nggak usah sedih ya, mendingan lo cari suasana baru, biar lo bisa lupain Prima. Ya misal lo bisa latihan tarik suara, atau apa yang bisa ngebuat lo fun, ingat ya Pril jangan korbankan masa depan lo yang tak memilikki kepastian” Tegasnya “Thanks ya Liv, mungkin mulai sekarang gue harus relain Prima dan mulai ngelupain dia, tapi gue sayang sama dia Liv” dengan nada lembut
            Saat pelajaran Biology, anak-anak diperintah untuk mengamati tumbuh-tumbuhan di Green house. Saat itu juga kepala Livia pusing, akhirnya aku menghantarkan dia ke Usaha Kesehatan Sekolah, “Pril, gue nggak papa kok disini sendirian, mendingan lo kembali aja, kan pengambilan nilai harian” Kata Livia sambil memegang kepala dengan tangan kirinya “beneran lo nggak papa? Ya udah, ntar istirahat gue kesini bawain makanan buat lo kok” Segera keluar ruangan.
            Krrriingg…. Jam belajar usai “Bu maaf, kok bel 3 kali ya” Tanya Prilly kepada bu Anita guru biology saat anak-anak sudah kembali keKelas “Iya nak, sekarang murid dipulangkan, karena ada rapat guru yang tidak bisa ditinggalkan” Jawab bu Anita “Yee.. Akhirnya bisa pulang cepet juga, hehe” ucapku. ‘Berarti Livia bisa istirahat tanpa harus kehilangan pelajaran banyak, mendingan beli makanan dulu deh’ Seru ku sambil berjalan ke Kantin
            Setiba depan pintu diruangan UKS, aku melihat disana ada Livia sama pria yang tidak kukenal, mereka seperti asyik sedang bercanda dan terlihat diraut wajah Livia tiada rasa sedih dan terlihat rasa sakit sedikitpun. Siapa sosok seorang laki-laki yang terlihat dari belakang itu ? Siapa? Hingga membuat Livia berasa nyaman dengannya. Saat ku memasukki ruangan, lelaki memakai topi itu memalingkan badannya dihadapan Livia. Aku terkejut, ‘Apah?’ ‘nggak, ini semua nggak mungkin terjadi’ ‘Ada apa dengan semua ini?’ pertanyaan ini membuat otakku berputar, membuat darah muda ku beku. ‘PRIMA?? Ya Prima!’ “Apa sih mau lo Ma? Sejak kapan lo disini? Lo nggak tau Livia itu sahabat gue sendiri !” Bentakku pada Prima dengan mata berkaca-kaca dihadapannya, Prima langsung berdiri tanpa mengalihkan pandangannya padaku. “Lo juga Liv, sahabat macam apa lo ini?” Bentakku pula pada Livia, Hingga aku bergegas segera pergi dari ruangan itu dengan rasa kecewa.
“Prilly tunggu!” Teriak Livia, Prilly sudah tak memperdulikan lagi apa yang ia dengar dari telinganya.
***
            Diatas kertas putih ini, ingin kutuliskan kebahagiaan ku saat melihat senyum manismu, dengan tinta merah ini bukan karna kau terlihat membosankan, tapi aku melihat ada bintang dihatimu
“surat dari siapa? Minggu ini ada yang mengirimi ku surat? Tanpa nama” ucapku saat membuka pintu rumah
            Ketika aku kembali ke Kamar, terdengar suara ketukan pintu dari adikku Prisa “Kak, makan yu. Mama dari tadi udah nungguin tuh” “enggak! Kaka udah kenyang (iya kenyang ngeliat Livia sama Prima berdua kemaren) udah sana makan” kataku sedikit kesal. Aku teringat lagi suasana diruangan kemarin, saat Livia menatap Prima penuh harapan. Air mata kini menjatuh di pipiku lagi “kenapa lo tega sih Liv, lo kan tau gue sayang banget sama Prima” tangisku terisak-isak.
            Seperti biasa senin pagi ini aku berangkat sekolah, ketika membuka pintu rumah lagi-lagi aku menerima secarik kertas putih
Jangan menangis dan sedih lagi ya bintangku, karna kamu itu lebih cantik dengan senyum manismu. Mungkin tangismu bukan karna kau lemah, tapi karna kau tabah dan selalu tegar.
‘Ini orang bikin gue nge-fly aja pagi-pagi, siapa sih orang ini sebenarnya’ ucapku dengan penuh penasaran.
***
            Aku berjalan melewati Parkiran motor, disana lagi-lagi Prima sama cewek. ‘Bener dugaan gue, ternyata Livia sahabat gue sendiri suka beneran sama Prima, apa mereka udah jadian ya.. apa gue musti ngucapin? Livia biarpun begitu tetap sahabat terbaik gue. Sudahlah, langsung aja ke Kelas' dengan muka datar
            “Pagi anak-anak, Ibu membawa murid baru hari ini. Masuk nak” sapa bu Wiwik guru Ips
Seorang laki-laki tinggi, putih, manis, rambutnya terlihat klimis rapih berjalan didepan Kelas “waah ganteng banget iya, ganteng banget, keren. Prima aja kalah sama dia” terdengar salah seorang murid berbicara seperti itu “Eh.. nggak ada yang nandingin Prima ya disekolahan ini, inget itu!” ujar Livia berteriak. Aku mengkerutkan dahiku dan bersandar dikursi seusai melihat tingkah Livia, tanpa kusadari teman depanku memperhatikanku yang aneh aku hanya senyum “Hai guys, perkenalkan namaku Rendy Ahmad Fadilah kalian bisa memanggilku Endy atau sesuka kalian” ujarnya didepan kelas
“baik Nak, sekarang kamu duduk disebelahnya Prilly” perintah bu Wiwik sambil menunjuk meja yang ku duduki. Anak-anak terlihat iri melihat aku duduk bersampingan dengan Rendy, memang semenjak Livia jadian dengan Prima ia tak mau duduk sebangku denganku lagi. Kini waktu pelajaran habis hanya untuk basa-basi murid baru ini.
            Ketika keluar kelas aku membawa buku paket banyak, karna kenaikkan kelas nanti tidak boleh satupun buku hilang. Saat aku focus menghitung buku-buku yang ku bawa sambil berjalan, tiba-tiba Rendy bersama anak cewek sedang di rayu menabrakku, BRRUKK buku yang sudah tertata rapih kini berantakkan dibawah, tanpa sengaja aku membereskan buku itu dan jari jemari Rendy menyentuh tanganku DEG perasaanku nggak karuan, “elo kalo jalan pake kaki dong, mata dipake buat ngeliat ! Jangan sok keren lo jadi anak baru, gaya banget sih” bentakku pada Rendy “Eh elonya aja jalan nggak liat-liat, ketauan bawa tumpukkan buku banyak” Cindy membela Rendy . “Maaf, waktu saya sia-sia menghadapi orang-orang seperti anda, anda,( dan terakhir menunjuk Rendy) dan anda!” disana diperhatikan oleh Livia dan Prima yang sedang berdua
***
            “Mama… Prilly pulang” teriakku depan gerbang, ku buka gerbang dan melihat kertas putih
Matahari itu adil ya, selain membuat mu tersenyum membuat ku tersenyum pula bintangku.
‘Gue nggak bisa diemin ini semua, CCTV? ya CCTV ? Harus gue pasang disekitar sini’
Aku masuk kerumah dan sore itu aku melihat ada yang bergerak dari arah computer yang kupasangi CCTV, ‘siapa tu cowok, gue harus keluar’
“TUNGGU!” aku memberhentikan langkah kaki cowok itu dengan menarik tangannya
“siapa si lo sebenernya?” “Prima??” “jadi cowok yang selama ini mengirim surat buat gue itu elo ! Mau apa lagi sih lo Ma?” Prima berlari kencang “woii tunggu!” aku berlari mengejarnya namun tak kuat tenagaku
***
            Saat memasuki kelas, aku melihat tas Rendy yang terbuka sempat ku meliriknya, setelah kudekati lagi “itu kan amplop yang sama persis selama ini dikirim surat buat gue? Tapi kemarin yang datang Prima, amplop ini kan bikinan, masa iya bisa sama persis antara Rendy dengan Prima ?” sambil ku pegang amplop itu, emang suasana kelas itu sepi, Rendy pun datang. “Ngapain lo nggak duduk?” Tanya Rendy padaku “Jawab sekarang lo jujur sama gue, Ini apa?” sambil ku perlihatkan amplop itu didepan mukanya. “kok lo ngambil barang ditas gue seenak jidat lo ajah sih, ini tas siapa?” sahut Rendy marah “Lo tinggal jawab susah banget sih” “Eh, lo itu nggak sopan” sambil berusaha mengambil amplop dari tangan ku “Oh.. Ternyata elo, yang selama ini udah sok-sok an nge-support gue, pake ngirim-ngirim surat segala lagi” jelasku panjang lebar “Nggak usah ikut campur lo, gue pikir kemarin lo itu cewek baik-baik, ternyata salah ya gue nilai lo” Ujarnya “jelaslah, surat itu ditujukan untuk gue, dan selama ngirim itu nggak pernah ada namanya. Gue ingetin lagi deh sama lo, nggak usah ngirim-ngirim surat nggak jelas ! ngerti?” ucapku panjang lebar
            “Gue bingung, kemarin Prima yang datang kerumah. Tapi, amplop yang sama itu ada ditangan Rendy” aku bicara sendiri diTaman setelah pulang sekolah
“weii.. Bengong aja lu, pulang yu” Ucap Tya mengejutkan “Tya?? Sejak kapan lo disini?” ‘heran deh sama Tya, dia kan nggak pernah suka sama gue kenapa dia sekarang nyapa gue’ batinku
***
            Tengah perjalanan saat aku berhenti dengan Tya berniat untuk makan dipedagang kaki lima, sebuah mobil berhenti didepan ku dengan Tya. Lagi-lagi Rendy muncul dihadapanku, lelaki yang kubenci sekaligus yang ku suka. “Gue punya kabar baik buat lo” tiba-tiba Rendy datang menyapa ku, Tya terlihat membenarkan rambutnya dan tersenyum manis ketika Rendy datang. “ayo masuk” ajak Rendy padaku Tya pun segera bergegas ikut masuk kemobil, Rendy membuka kan pintu depan untukku saat aku dan Tya masuk pintu belakang. “Nggak, gue dibelakang aja” ucapku
***
            Diperjalanan aku bertanya-tanya mau dibawa aku, namun Rendy tak menghiraukan. “Nah nyampe sekarang kita, masuk yu” Rendy menarik tanganku “ngapain kita kestudio” tanyaku tapi tak digubris sama sekali padanya. Setelah masuk studio, “Ini om, perempuan yang aku ceritakan sama Om, gimana Om? Canti kan ?” Kata Rendy pada lelaki yang sudah beranjak tua itu, “Lo ngapain, lo mau ngejual gue gitu? Lo emang benci sama gue, jangan kaya gini caranya!” Emosiku memuncak . Namun jari telunjuk Rendy sudah menempel dibibirku seakan berkata “Sstt.. Jangan bicara apa-apa dulu ya” Rendy menenangkan aku. “Siapa nama kamu?” Tanya Om om itu padaku, “Namaku Prilly” singkatku “Prilly udah siap jadi model?” Tanya Om itu lagi padaku, “Hah? Apah?” kejutku, “Mau dong Endy gue jadi model” Pinta Tya iri. “Gini lho Prilly, Endy itu udah cerita banyak tentang kamu, kebetulan Om juga lagi butuh model buat iklan produk shampo terbaru” jelas Om itu “Oh iya nama Om Iman, kamu bisa panggil om Iman juga boleh” sambil memperkenalkan diri “gimana nih Ya, gue bingung” tanyaku pada Tya sambil mengarahkan kedua bola mataku padanya “Udah terima ajah, kesempatan itu nggak datang dua kali lho!” “Iya Om, Prilly mau” memang kata orang rambutku ini bagus, hitam panjang berkilau emang tidak salah Rendy memilihku.
            Sejak saat itu, aku dan Rendy jadi model iklan terbaik. Majalah-majalah pun tak ingin terlewatkan menjadikan fotoku dan Rendy sebagai cover majalah, bahkan majalah itupun laku habis diborong orang yang ingin tau rambut indah sepertiku, banyak masyarakat yang suka sama gaya foto kami berdua.
***
            Masuk sekolah seperti biasa, tapi kali ini aku berangkat bersama Rendy, ketika masuk Kelas disana sudah ada fans-fans Rendy dan anak-anak yang menyapa kita berdua “Ini dia bintang kelas kita, artis ternama cuy” sapa Ketua kelas “Haha.. jadi iklan apa lo berdua ? Iklan obat panu?” ejek Rino bercanda “bukan, iklan obat Kudis tau” ledek Andre “Eh, kalian apaan sih. Daripada kalian nggak bisa bawa apa-apa disekolaan kita” Ujar Dinda menenangkan “Lah kita mah bawa sepatu kesekolaan” “hahaha” mereka tertawa mentertawai lelucon itu, aku dan Rendy hanya diam dan segera duduk .
            Saat istirahat tiba, Rendy dikejar-kejar cewek-cewek. Hingga posisi ku didekatnya tergeserkan “Endy..Endy minta tanda tangannya dong!” pinta salah seorang perempuan . aku hanya bisa melihat Rendy ‘kenapa gue cemburu ya, gue kan nggak ada apa-apa sama dia, baik sih. Tapi, sudahlah. Biarin aja Rendy begitu’ batinku semakin kesal. Aku berjalan ke Kantin sendirian, “Hey girl” sapa Livia padaku . “hay Liv” sapaku kembali “Selamat ya, udah jadi artis, dan membawa nama baik sekolah, loh ko sedih sih?” tanyanya “iya makasih ya, sama aja gue jadi model atau enggak, juga anak-anak sekolah nggak ada yang suka sama gue, tetep aja cewek-cewek yang diincer Rendy” “umm.. jangan galau gitu dong, nih buktinya gue jadi fans lo, ya udah gue minta tanda tangan  lu ditas gue ya. Lo jealous ya sama cewek-cewek itu?” “Udah ah ga usah dibahas, udah bel masuk yu”
            Krringggg… Bel berbunyi tanda jam pelajaran telah usai, kali ini aku tak berniat untuk bareng sama Rendy, biarkan dia dengan yang lain.
***
            ‘kayanya emang bener deh, surat itu Rendy yang ngirim. Mana mungkin Prima peduli sama gue, bahkan sekarang putus sama Livia juga udah nggak ada kabar, tapi gue kangen surat itu, bahkan sekarang Rendy udah begitu. Tuhan… Apa yang harus aku lakukan?” aku berniat keluar rumah bersama Prisa menghirup udara segar malam ini. Saat aku keluar didepan pintu ada surat yang kuharapkan, kini datang kembali segera aku buka dan aku baca
Hai bidadariku, malam ini aku menunggu kau diTaman deket complex ya..
‘Hah, Rendy manggil gue bidadari, biasanya juga Bintangku’ “De, lo ga usah ikut ya” pinta ku pada Prisa .
***
                    Langsung aku berlari menuju yang dituliskan pada surat. Namun, dari arah jauh laki-laki itu tidak mirip sama sekali dengan Rendy . Langsung aku peluk dia dari belakang, “Gue udah tau kok, lo mau ngomong apa Ree..” tiba-tiba laki-laki memutar badan dan ternyata ‘OH MY GOD!’ ‘laki-laki ini hadir lagi, malu banget udah meluk dia’ “Hei, kaget ya?” sapa nya padaku “Mau ngapain lagi sih lo, setelah kabur dari gue P-R-I-M-A?” “Maafin gue ya Pril, selama ini gue udah nyakitin lo ngeduain lo. Hianatin perasaan lo, yang berkorban buat gue, gue nyesel Pril. “Gue mau kita balikkan lagi kaya dulu” pintanya padaku. ‘Dulu emang gue sayang banget sma elo Ma, bahkan lo deket sama cewek lain aja gue nggak rela’ batinku
“Udah? Itu lo sadar, kenapa masih aja lo lakuin? Mendingan lo benerin dulu sikap lo sama orang lain. Baru lo ngomong ini sama gue, lagian semenjak lo jadian sama Livia juga gue udah ngeikhlasin lo, karna gue yakin Livia bisa ngerubah lo dan buat lo bahagia . Lo nggak tau aja, perasaan gue saat itu lo jadian sama Livia sahabat gue sendiri Ma, gara-gara lo juga gue jauh sama dia. Elo itu emang kejam ya, kejam banget malah” Ujarku panjang lebar sambil menangis . Aku berusaha menjauhi dan berlari sekencangnya menjauhi Prima, ‘tapi kenapa rasanya gue jatuh cinta lagi sama dia setelah  meluk dia tadi, gue kangen sama dia sebenernya’ tangis ku semakin menjadi-jadi, ‘apa gue terima dia? Tapi Rendy? Bagaimana dengannya? Ah belum tentu ia suka sama gue, buktinya kemarin cewek-cewek deket sama dia aja dia nggak menghindar’ Tiba saat aku berhenti berlari suara tabrakan dari arah sebrang dan PRIMAAA……. Langsung ku susul Prima dengan tubuh tergulai lemas diJalan dan penuh darah,
“Enggaakkkkkk …… Prima, gue mau jadi cewek lo lagi. Gue mau Ma, kenapa lo malah begini?” sambil kupangku kepalanya diatas pangkuanku
“Pril, gue cinta sama lo. Maafin gue yang udah nyakitin lo , lo tetap tegar ya meskipun gue udah nggak bisa ngeliat lo lagi nanti, Gue sayang ko sama lo maaf banget ya Pril. I-L O V E Y-O-U Pri..”
“Enggaaak… Lo nggak boleh pergi Prima” saat itu juga Prima menghembuskan nafas terakhirnya dihadapan ku dengan muka pucat dan tak berdaya .
***
                    Pagi ini jenazah Prima dimakamkan dan dihadiri teman-temannya sekelas dan beberapa temanku seperti Tya, Livia dan Rendy yang dari semalam menemani aku begadang meratapi ini semua. Aku hanya bisa menangis, ketika orang-orang sudah pulang termasuk orangtua Prima, tersisa aku dan Rendy teman setiaku saat ini. Ku peluk batu nisan itu
“Pulang yu Pril, hari semakin sore nih”
“Lo kalo mau pulang, pulang gih, gue mau nemenin Prima disini”
“Pril, percuma lo nunggu Prima kaya gini. Dia malah sedih kalo lo terus-terusan nangisin dia dan berharap dia kembali”
“Tapi gue cinta sama dia, gue sayang sama dia. Guee…” bibirku tak sanggup bicara lagi, Rendy pun memelukku dan tetap berusaha mengajakku pulang
***
                    Sudah seminggu yang lalu Prima pergi meninggalkanku, dan seminggu yang lalu pula aku sudah tidak masuk sekolah, karna masih terfikir oleh Prima. Saat di Kantin aku ditemani Livia dan Tya, mereka berduka cita walau bagaimanapun mereka pernah dihatinya Prima. Aku berusaha melupakan Prima dengan bercanda kepada mereka, tiba-tiba Rendy datang dan menghiburku setelah 10 menit bercanda terdengar Rendy berucap “Gue mau kok jadi penggantinya Prima dihati lo, dan mengisi luka hati lo yang kosong, bintang hatiku” DEG aku terkejut Rendy berkata seperti itu, langsung aku berdiri “Gila lo ya Ren, baru seminggu gue ditinggal sama Prima, lo udah berani bilang kaya gitu! Bisa ngehargain perasaan orang dikit nggak lo?” aku pun pergi meninggalkan mereka bertiga.
                    Duduk menyendiri kini sudah tidak asing bagiku, Livia datang menemui ku.
“Prilly, lo pernah bilang sama gue. Kalo ternyata lo juga suka sama Endy, kenapa tadi lo tolak dia?” Tanya Livia padaku
“Bisa nggak sih, lo nggak usah ngebahas Rendy lagi?” Aku menghindar
“Tunggu! Mau kemana lagi lo? Bukannya lo sendiri yang bilang, lo bakalan tetap tegar meskipun udah nggak ada Prima, dan Prima juga pesen. Lo tetep harus tegar meskipun dia udah nggak disamping lo lagi kan?” Tegasnya berusaha menyadarkanku
“Bener, kalo gue suka sama Prima gue harus ngejaga pesan itu. Thanks ya lo udah nyadarin gue” sambil berlari
“mau kemana lo?”
“mau nemuin Rendy”
***
                    Saat pulang sekolah, tiba dirumah Rendy pun udah ada dirumahku “Rendy?” kejut ku “apa-apaan nih?” disana aku melihat Rendy dengan perempuan lain. “Hai Prilly, selamat datang” sapa Rendy.  “lah cewek disamping lo siapa?” “Taraaaa” “hah.. Prissa? Jangan rebut calon pacar gue lu” aku mencubit perut adikku .
“Pril, maafin sikap gue tadi ya udah lancang, gue janji kok ga bakalan ganggu lo lagi?” ujarnya padaku “Emang siapa yang bilang lo nggak boleh ganggu gue lagi?” Tanya ku “buktinya tadi disekolahan lo marah” aku memegang kedua tangan Rendy “Ren, biarpun lo mau ngegantiin posisi Prima, tapi dari awal lo juga udah ada kok dihati gue. Udah ada tempat sendiri buat lo” “Jadi jawaban tadi disekolahan?” Tanya nya lagi “Iya gue mau kok” (senyum) “lo bener-bener cewek tegar yang menghadapi semua masalah dengan tenang, Bintangku, tetep tersenyum seperti matahari ya” “itukan kata-kata pertama kali lo ngasih surat buat gue” sambil kutepuk bahunya “ciyee masih inget aja” Rendy menatap bola mata Prilly seakan tak ingin dialihkan pandangannya.


…SELESAI…

Aku adalah seorang pelajar berumur 16 tahun yang memulai aktifitasku menulis sejak kelas dua SMP. untuk tahu siapa aku klik FB : https://www.facebook.com/tharye.privers dan Twitter:https://twitter.com/tarilestariwd  bagi yang punya Soundcloud juga boleh di follow https://soundcloud.com/tarilestariwd Terima kasih atas perhatiannya :) hope you enjoy it,  See you next time with my shortstory . bye bye :*

1 komentar:

  1. http://www.ray-id.com/search/label/Cerpen jika kamu tertarik untuk mengirimkan cerpen kamu disini...

    BalasHapus